Forum Inovasi Pendidik
    • Feed
    • Categories
    • Terbaru
    • Tag
    • Populer
    • Pengguna
    • Grup
    • Daftar
    • Login

    Literasi di Era Digital

    Scheduled Pinned Terkunci Moved Topik Terpopuler
    26 Post 7 Posters 35 Views
    Memuat Lebih Banyak Posting
    • Terlama ke Terbaru
    • Terbaru ke Terlama
    • Most Votes
    Balas
    • Reply as topic
    Log in untuk membalas
    Topik ini telah dihapus. Hanya pengguna dengan hak manajemen topik yang dapat melihatnya.
    • AwanPutihA Offline
      AwanPutih @rose10
      last edited by

      @rose10 berkata di Literasi di Era Digital:

      Betul sekali, pengamatan yang sangat tajam!
      Generasi sekarang memang punya akses informasi yang luar biasa luas. Tantangannya justru ada pada kedalaman dalam memahami. Kebiasaan “scroll dulu, paham belakangan” menunjukkan bahwa literasi digital tidak hanya soal membaca cepat, tetapi juga berpikir kritis dan reflektif terhadap informasi yang kita konsumsi.

      Saya sependapat dengan yang @AwanPutih bilang, penyaring menjadi kunci. Bukan sekadar teknologi penyaring otomatis, melainkan juga penyaring dalam diri: kemampuan memilah informasi, memahami konteks, dan menimbang makna. Dengan begitu, teknologi tidak lagi sekadar mempercepat proses baca, tapi juga memperkaya cara kita berpikir.

      Menurut @AwanPutih dan Sahabat Pendidik lainnya, bagaimana cara menumbuhkan kebiasaan membaca yang lebih reflektif di tengah derasnya arus informasi digital pada diri peserta didik?”

      Terima kasih Ibu @rose10 responnya sangat bernas 🙏
      Pertanyaan penutup Ibu juga sangat menarik: bagaimana menumbuhkan kebiasaan membaca yang lebih reflektif?

      Agar diskusinya semakin kaya, saya ingin mengajak Sahabat Pendidik berbagi lebih konkret:

      🔹 Apakah ada kebiasaan atau teknik tertentu yang sudah diterapkan di kelas/sekolah untuk mendorong anak berhenti sejenak sebelum berpindah bacaan?
      🔹 Misalnya jurnal refleksi singkat, pertanyaan pemantik setelah membaca, atau diskusi kecil sebelum menyimpulkan?

      Kami penasaran juga:
      Apakah refleksi perlu diajarkan sebagai keterampilan, atau cukup dibiasakan melalui suasana belajar yang mendukung?

      Silakan teman-teman pendidik berbagi contoh praktik baik, cara sederhana, atau pengalaman lapangan. Diskusi seperti ini justru membantu kita menemukan strategi yang bisa diterapkan di berbagai sekolah dan konteks.

      AwanPutih ☁️
      Tak selalu tampak, tapi selalu ada di langit diskusi.

      1 Reply Last reply Balas Kutip 0
      • R Offline
        rose10 @BasokE
        last edited by

        @BasokE berkata di Literasi di Era Digital:

        Dari sisi positif, berkembangnya teknologi digital dapat meningkatkan kemampuan literasi generasi sekarang.
        Hal penting yang harus diupayakan adalah memanfaatkan teknologi digital secara terpadu dan komprehensif untuk meningkatkan sikap/karakter (afektif), pengetahuan/wawasan (kognitif), dan keterampilan (psikomotorik) generasi muda sekarang.

        Setuju sekali dengan pandangan tersebut @BasokE

        Akses yang luas melalui teknologi digital memang membuka peluang besar bagi peningkatan kemampuan literasi. Generasi sekarang bisa belajar dari berbagai sumber, lintas batas waktu dan tempat. Namun, akses tidak otomatis berarti pemahaman mendalam. Di sinilah peran pendidikan menjadi sangat penting.

        Sahabat Pendidik dan satuan pendidikan perlu membantu peserta didik mengintegrasikan tiga aspek utama literasi digital:

        Kognitif : memahami dan mengolah informasi dengan kritis,

        Psikomotorik : mempraktikkan keterampilan digital secara kreatif dan produktif,

        Afektif : membangun etika, tanggung jawab, dan empati dalam berinteraksi di dunia digital.

        Dengan pendekatan terpadu ini, teknologi tidak hanya menjadi alat baca, tetapi juga sarana pembentuk karakter dan budaya literasi yang berkelanjutan.

        1 Reply Last reply Balas Kutip 0
        • AwanPutihA Offline
          AwanPutih @BasokE
          last edited by

          @BasokE berkata di Literasi di Era Digital:

          Dari sisi positif, berkembangnya teknologi digital dapat meningkatkan kemampuan literasi generasi sekarang.
          Hal penting yang harus diupayakan adalah memanfaatkan teknologi digital secara terpadu dan komprehensif untuk meningkatkan sikap/karakter (afektif), pengetahuan/wawasan (kognitif), dan keterampilan (psikomotorik) generasi muda sekarang.

          Saya setuju dengan pandangan ini, Pak @BasokE. Teknologi memang bisa jadi peluang besar untuk meningkatkan literasi, selama pemanfaatannya tidak hanya sebatas konsumsi informasi, tetapi juga pembentukan sikap dan keterampilan.

          Menurut saya, tantangan terbesarnya justru ada pada “bagaimana cara menggunakan teknologi dengan bijak”, bukan sekadar sering mengaksesnya. Karena literasi yang utuh memang menyentuh 3 aspek seperti yang Bapak/Ibu sebutkan: afektif, kognitif, dan psikomotorik.

          Menarik juga kalau dipikirkan lebih jauh:
          bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari?
          Misalnya, bagaimana teknologi bisa membantu anak membangun karakter (afektif), bukan hanya kemampuan akademik?

          Menurut saya ini hal yang penting untuk terus didiskusikan 😊

          AwanPutih ☁️
          Tak selalu tampak, tapi selalu ada di langit diskusi.

          1 Reply Last reply Balas Kutip 0
          • Admin 1A Offline
            Admin 1 @BasokE
            last edited by

            @BasokE berkata di Literasi di Era Digital:

            @rose10 berkata di Literasi di Era Digital:

            Apakah kemampuan literasi generasi sekarang meningkat karena aksesnya yang luas?

            Dari sisi positif, berkembangnya teknologi digital dapat meningkatkan kemampuan literasi generasi sekarang.
            Hal penting yang harus diupayakan adalah memanfaatkan teknologi digital secara terpadu dan komprehensif untuk meningkatkan sikap/karakter (afektif), pengetahuan/wawasan (kognitif), dan keterampilan (psikomotorik) generasi muda sekarang.

            Terima kasih atas pandangannya Pak @BasokE 🙏
            Benar sekali, jika dimanfaatkan dengan tepat, teknologi digital memang bisa menjadi sarana peningkatan literasi secara menyeluruh: bukan hanya membaca dan menulis, tetapi juga membentuk karakter, cara berpikir, dan keterampilan nyata.

            Yang menarik dari pernyataan Bapak adalah penekanan pada integrasi yang komprehensif (afektif, kognitif, dan psikomotorik).
            Sering kali pembelajaran digital hanya fokus pada “pengetahuan”, padahal unsur sikap dan keterampilan justru sangat menentukan kebermaknaan belajar.

            Untuk memperkaya diskusi, izinkan saya menanyakan lanjutan:

            Menurut Bapak, strategi apa yang paling efektif agar pemanfaatan teknologi bukan hanya bersifat akses pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan keterampilan?

            Apakah melalui:

            • pembiasaan refleksi,
            • proyek berbasis masalah,
            • kolaborasi digital,
            • atau pendampingan literasi digital secara berkelanjutan?

            Kami menunggu pengalaman dan pandangan dari Sahabat Pendidik lainnya. 😊

            Admin Mode: ON ⚡
            Bangun ide, sambung koneksi, dan biarkan inspirasi mengalir di tiap thread.

            B 1 Reply Last reply Balas Kutip 0
            • sippymatchaS Offline
              sippymatcha @AwanPutih
              last edited by

              @AwanPutih Sebagai salah satu contoh generasi zzzz disini aku menyadari bahwa informasi datang secara cepat dan terkadang kita hanya fokus pada judul yang menarik dan sering kali lupa membaca detail beritanya seperti apa. Jujurly mudah tergoreng goreng dengan berita yang ada juga huhu

              Teman Minum Matcha — karena obrolan yang tulus selalu cocok ditemani secangkir matcha #matchatalk

              AwanPutihA R 2 Replies Last reply Balas Kutip 0
              • AwanPutihA Offline
                AwanPutih @sippymatcha
                last edited by

                @sippymatcha berkata di Literasi di Era Digital:

                @AwanPutih Sebagai salah satu contoh generasi zzzz disini aku menyadari bahwa informasi datang secara cepat dan terkadang kita hanya fokus pada judul yang menarik dan sering kali lupa membaca detail beritanya seperti apa. Jujurly mudah tergoreng goreng dengan berita yang ada juga huhu

                Hehe bener banget @sippymatcha … sebagai “perwakilan generasi zzzz” aku juga ngerasain hal yang sama 😅
                Informasi datang sekenceng roket, tapi kemampuan baca mendalam kadang masih kecepatan kura-kura 🐢🚀

                Sering juga tuh cuma lihat judulnya doang, langsung ikut panas… padahal isi beritanya beda jauh sama ekspektasi. Jujurly gampang “kegoreng” wkwk 🫠

                Menurutku justru disini tantangannya: gimana caranya tetap melek teknologi, tapi juga menjaga ketenangan sebelum auto share atau auto percaya. Pelan-pelan belajar literasi digital biar nggak jadi korban clickbait garis keras lagi 😂

                AwanPutih ☁️
                Tak selalu tampak, tapi selalu ada di langit diskusi.

                dekisugiD 1 Reply Last reply Balas Kutip 0
                • dekisugiD Offline
                  dekisugi @AwanPutih
                  last edited by

                  @AwanPutih berkata di Literasi di Era Digital:

                  @sippymatcha berkata di Literasi di Era Digital:

                  @AwanPutih Sebagai salah satu contoh generasi zzzz disini aku menyadari bahwa informasi datang secara cepat dan terkadang kita hanya fokus pada judul yang menarik dan sering kali lupa membaca detail beritanya seperti apa. Jujurly mudah tergoreng goreng dengan berita yang ada juga huhu

                  Hehe bener banget @sippymatcha … sebagai “perwakilan generasi zzzz” aku juga ngerasain hal yang sama 😅
                  Informasi datang sekenceng roket, tapi kemampuan baca mendalam kadang masih kecepatan kura-kura 🐢🚀

                  Sering juga tuh cuma lihat judulnya doang, langsung ikut panas… padahal isi beritanya beda jauh sama ekspektasi. Jujurly gampang “kegoreng” wkwk 🫠

                  Menurutku justru disini tantangannya: gimana caranya tetap melek teknologi, tapi juga menjaga ketenangan sebelum auto share atau auto percaya. Pelan-pelan belajar literasi digital biar nggak jadi korban clickbait garis keras lagi 😂

                  Betul, generasi Z dan yang lebih muda: gampang "kegoreng" alias jarang "baca caption" 😀 😀 😀 . Saya sebagai generasi pra-Z lebih suka membaca secara konvensional alias buku fisik, bisa perlahan-lahan, bisa merasakan lekukan buku, harusnya kertas, dan menikmati alur cerita.

                  Tapi dengan adanya teknologi ya mau tidak mau harus beradaptasi.

                  Mengajar itu seperti menanam pohon. Bedanya, pohon nggak pernah bilang ‘Bu, saya nggak ngerti-ngerti dari tadi!

                  AwanPutihA 1 Reply Last reply Balas Kutip 0
                  • AwanPutihA Offline
                    AwanPutih @dekisugi
                    last edited by

                    @dekisugi berkata di Literasi di Era Digital:

                    @AwanPutih berkata di Literasi di Era Digital:

                    @sippymatcha berkata di Literasi di Era Digital:

                    @AwanPutih Sebagai salah satu contoh generasi zzzz disini aku menyadari bahwa informasi datang secara cepat dan terkadang kita hanya fokus pada judul yang menarik dan sering kali lupa membaca detail beritanya seperti apa. Jujurly mudah tergoreng goreng dengan berita yang ada juga huhu

                    Hehe bener banget @sippymatcha … sebagai “perwakilan generasi zzzz” aku juga ngerasain hal yang sama 😅
                    Informasi datang sekenceng roket, tapi kemampuan baca mendalam kadang masih kecepatan kura-kura 🐢🚀

                    Sering juga tuh cuma lihat judulnya doang, langsung ikut panas… padahal isi beritanya beda jauh sama ekspektasi. Jujurly gampang “kegoreng” wkwk 🫠

                    Menurutku justru disini tantangannya: gimana caranya tetap melek teknologi, tapi juga menjaga ketenangan sebelum auto share atau auto percaya. Pelan-pelan belajar literasi digital biar nggak jadi korban clickbait garis keras lagi 😂

                    Betul, generasi Z dan yang lebih muda: gampang "kegoreng" alias jarang "baca caption" 😀 😀 😀 . Saya sebagai generasi pra-Z lebih suka membaca secara konvensional alias buku fisik, bisa perlahan-lahan, bisa merasakan lekukan buku, harusnya kertas, dan menikmati alur cerita.

                    Tapi dengan adanya teknologi ya mau tidak mau harus beradaptasi.

                    Wahhh ini relate banget 😄
                    Generasi pra-Z: “baca buku pelan-pelan sambil ngopi dan menikmati aromanya…”
                    Generasi Z: “scroll… scroll… scroll… eh trending apa nih??” 😅📱

                    Tapi benar sih, pada akhirnya kita semua dipaksa “menyatu” dengan teknologi, mau generasi buku atau generasi scroll, tetap harus adaptasi bareng 🙌

                    Mungkin PR kita sekarang adalah bukan cuma cepat dapat info, tapi juga cepat menyaringnya 😎
                    Biar gak gampang panas minyak goreng tiap lihat judul clickbait 🔥🍳

                    Seru juga ya lihat perbedaan kebiasaan lintas generasi tapi tujuannya tetap sama: cari ilmu 📖 📚

                    AwanPutih ☁️
                    Tak selalu tampak, tapi selalu ada di langit diskusi.

                    dekisugiD 1 Reply Last reply Balas Kutip 0
                    • B Offline
                      BasokE @Admin 1
                      last edited by

                      @Admin-1 berkata di Literasi di Era Digital:

                      Menurut Bapak, strategi apa yang paling efektif agar pemanfaatan teknologi bukan hanya bersifat akses pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan keterampilan?

                      Menurut saya, untuk meningkatkan sikap/karakter (afektif), pengetahuan/wawasan (kognitif), dan keterampilan (psikomotorik) generasi muda, strateginya adalah dilakukan secara terpadu dan komprehensif serta menyeimbangkan (memproporsionalkan) aktivitas luring (offline) dan daring (online).

                      AwanPutihA 1 Reply Last reply Balas Kutip 0
                      • M Offline
                        mint2025
                        last edited by

                        Pembahasan tentang kemampuan literasi generasi muda menghadirkan paradoks menarik di tengah kemajuan teknologi digital. Di satu sisi, generasi ini hidup di era serba cepat dengan akses informasi tanpa batas. Mereka dapat melakukan aktivitas membaca, menulis, dan berkomunikasi dengan leluasa. Di sisi lain, kebiasaan mereka membaca singkat, berpikir instan, dan terburu-buru menyimpulkan informasi membuat kemampuan literasi menjadi dangkal. Di sinilah peran sekolah menjadi penting. Tidak ada salahnya peran sekolah "di-setting" ulang, bukan sekadar sebagai tempat menimba ilmu, melainkan juga sebagai tempat untuk menempa kemampuan berliterasi, seperti mengolah, mengelola, dan meneruskan informasi digital secara kritis.

                        Masa depan ada di balik tikungan

                        dekisugiD sippymatchaS 2 Replies Last reply Balas Kutip 0
                        • dekisugiD Offline
                          dekisugi @AwanPutih
                          last edited by

                          @AwanPutih berkata di Literasi di Era Digital:

                          @dekisugi berkata di Literasi di Era Digital:

                          @AwanPutih berkata di Literasi di Era Digital:

                          @sippymatcha berkata di Literasi di Era Digital:

                          @AwanPutih Sebagai salah satu contoh generasi zzzz disini aku menyadari bahwa informasi datang secara cepat dan terkadang kita hanya fokus pada judul yang menarik dan sering kali lupa membaca detail beritanya seperti apa. Jujurly mudah tergoreng goreng dengan berita yang ada juga huhu

                          Hehe bener banget @sippymatcha … sebagai “perwakilan generasi zzzz” aku juga ngerasain hal yang sama 😅
                          Informasi datang sekenceng roket, tapi kemampuan baca mendalam kadang masih kecepatan kura-kura 🐢🚀

                          Sering juga tuh cuma lihat judulnya doang, langsung ikut panas… padahal isi beritanya beda jauh sama ekspektasi. Jujurly gampang “kegoreng” wkwk 🫠

                          Menurutku justru disini tantangannya: gimana caranya tetap melek teknologi, tapi juga menjaga ketenangan sebelum auto share atau auto percaya. Pelan-pelan belajar literasi digital biar nggak jadi korban clickbait garis keras lagi 😂

                          Betul, generasi Z dan yang lebih muda: gampang "kegoreng" alias jarang "baca caption" 😀 😀 😀 . Saya sebagai generasi pra-Z lebih suka membaca secara konvensional alias buku fisik, bisa perlahan-lahan, bisa merasakan lekukan buku, harusnya kertas, dan menikmati alur cerita.

                          Tapi dengan adanya teknologi ya mau tidak mau harus beradaptasi.

                          Wahhh ini relate banget 😄
                          Generasi pra-Z: “baca buku pelan-pelan sambil ngopi dan menikmati aromanya…”
                          Generasi Z: “scroll… scroll… scroll… eh trending apa nih??” 😅📱

                          Tapi benar sih, pada akhirnya kita semua dipaksa “menyatu” dengan teknologi, mau generasi buku atau generasi scroll, tetap harus adaptasi bareng 🙌

                          Mungkin PR kita sekarang adalah bukan cuma cepat dapat info, tapi juga cepat menyaringnya 😎
                          Biar gak gampang panas minyak goreng tiap lihat judul clickbait 🔥🍳

                          Seru juga ya lihat perbedaan kebiasaan lintas generasi tapi tujuannya tetap sama: cari ilmu 📖 📚

                          Mungkin di forum ini juga akan ada generasi pra-pra-pra Z 😁 😁 😁 , yang tentunya teknologi di jamannya sangat konvensional dan berpengaruh tentunya dengan cara memahami informasi.

                          Genarasi Z dan seterusnya saya kira punya karakter yang sebetulnya bagus yaitu "terlalu kritis". Tapi ya karakter ini harus dimanage dengan baik.

                          Mengajar itu seperti menanam pohon. Bedanya, pohon nggak pernah bilang ‘Bu, saya nggak ngerti-ngerti dari tadi!

                          AwanPutihA 1 Reply Last reply Balas Kutip 0
                          • dekisugiD Offline
                            dekisugi @mint2025
                            last edited by

                            @mint2025 berkata di Literasi di Era Digital:

                            Pembahasan tentang kemampuan literasi generasi muda menghadirkan paradoks menarik di tengah kemajuan teknologi digital. Di satu sisi, generasi ini hidup di era serba cepat dengan akses informasi tanpa batas. Mereka dapat melakukan aktivitas membaca, menulis, dan berkomunikasi dengan leluasa. Di sisi lain, kebiasaan mereka membaca singkat, berpikir instan, dan terburu-buru menyimpulkan informasi membuat kemampuan literasi menjadi dangkal. Di sinilah peran sekolah menjadi penting. Tidak ada salahnya peran sekolah "di-setting" ulang, bukan sekadar sebagai tempat menimba ilmu, melainkan juga sebagai tempat untuk menempa kemampuan berliterasi, seperti mengolah, mengelola, dan meneruskan informasi digital secara kritis.

                            Plus di lingkungan rumah @mint2025 supaya orang tua juga membiasakan anak-anaknya untuk mampu ber-literasi dengan baik. Sehingga semua pihak memiliki peran yang sama untuk meningkatkan literasi generasi muda.

                            Herannya orang tua yang saat ini generasi Z terkesan menyerahkan semuanya kepada lingkungan sekolah alias kalau bahasa perancisnya, pasrah bongkok-an. 😅 😅 😅

                            Mengajar itu seperti menanam pohon. Bedanya, pohon nggak pernah bilang ‘Bu, saya nggak ngerti-ngerti dari tadi!

                            sippymatchaS AwanPutihA 2 Replies Last reply Balas Kutip 0
                            • sippymatchaS Offline
                              sippymatcha @mint2025
                              last edited by

                              @mint2025 Setuju sekali dengan mimin, perlu adanya tips dan trik agar generasi ini lebih senang membaca dan tentunya juga memahami bacaan tersebut dengan gemerlapnya teknologi yang ada sekarang. Kira-Kira ada yang boleh bagi tipsnya ngga ya biar gen zzz kayak aku nii lebih suka membaca? karna sebenernya aku anaknya visual bangett 😞

                              Teman Minum Matcha — karena obrolan yang tulus selalu cocok ditemani secangkir matcha #matchatalk

                              AwanPutihA 2 Replies Last reply Balas Kutip 0
                              • sippymatchaS Offline
                                sippymatcha @dekisugi
                                last edited by

                                @dekisugi Setujuu bangett nih temen doraemon, meningkatkan literasi digital anak tidak hanya menjadi tanggungjawab guru di sekolah tapi juga tentunya orang tua juga dalam menemani dan mendampingi anak dirumah. Generasi gen zzz yang sudah jadi orang tua wajib memberikan contoh positif bagi anaknya ya xixixi

                                Teman Minum Matcha — karena obrolan yang tulus selalu cocok ditemani secangkir matcha #matchatalk

                                1 Reply Last reply Balas Kutip 0
                                • AwanPutihA Offline
                                  AwanPutih @dekisugi
                                  last edited by

                                  @dekisugi berkata di Literasi di Era Digital:

                                  Mungkin di forum ini juga akan ada generasi pra-pra-pra Z , yang tentunya teknologi di jamannya sangat konvensional dan berpengaruh tentunya dengan cara memahami informasi.

                                  Genarasi Z dan seterusnya saya kira punya karakter yang sebetulnya bagus yaitu "terlalu kritis". Tapi ya karakter ini harus dimanage dengan baik.

                                  Wkwk iya bener juga @dekisugi , mungkin di forum ini bukan cuma pra-Z, tapi pra-pra-pra-Z juga hadir 😆
                                  yang dulu hafal jadwal TV mingguan, sekarang harus adaptasi sama scroll yang 24 jam nonstop.

                                  Kalau soal Gen Z ‘terlalu kritis’… jujur kadang bukan niat mau kritis, tapi otaknya memang otomatis nanya:
                                  ➡️ “Kenapa harus begitu?”
                                  ➡️ “Bisa nggak dibuat lebih simpel?”
                                  ➡️ “Ini relevan nggak sih sama hidup gue?” 😅

                                  Jadi kesannya bawel 🤣
                                  Padahal itu mode debugging realita aja.

                                  Tapi setuju banget, poin pentingnya bukan cuma kritikal, tapi terarah.
                                  Kalau nggak dikelola, kritik = debat kusir
                                  Tapi kalau terkelola, kritik = tumbuhnya pemahaman yang mendalam.

                                  Biar kata beda era, beda gaya belajar, tapi ujungnya sama:
                                  kita semua lagi belajar gimana caranya mikir lebih dalam tanpa tenggelam sama formalitas 😌✨

                                  Karena jujur aja…
                                  Gen Z itu bukan anti aturan…
                                  cuma anti ribet tanpa alasan 😆🔥

                                  AwanPutih ☁️
                                  Tak selalu tampak, tapi selalu ada di langit diskusi.

                                  1 Reply Last reply Balas Kutip 0
                                  • AwanPutihA Offline
                                    AwanPutih @dekisugi
                                    last edited by

                                    @dekisugi berkata di Literasi di Era Digital:

                                    @mint2025 berkata di Literasi di Era Digital:

                                    Pembahasan tentang kemampuan literasi generasi muda menghadirkan paradoks menarik di tengah kemajuan teknologi digital. Di satu sisi, generasi ini hidup di era serba cepat dengan akses informasi tanpa batas. Mereka dapat melakukan aktivitas membaca, menulis, dan berkomunikasi dengan leluasa. Di sisi lain, kebiasaan mereka membaca singkat, berpikir instan, dan terburu-buru menyimpulkan informasi membuat kemampuan literasi menjadi dangkal. Di sinilah peran sekolah menjadi penting. Tidak ada salahnya peran sekolah "di-setting" ulang, bukan sekadar sebagai tempat menimba ilmu, melainkan juga sebagai tempat untuk menempa kemampuan berliterasi, seperti mengolah, mengelola, dan meneruskan informasi digital secara kritis.

                                    Plus di lingkungan rumah @mint2025 supaya orang tua juga membiasakan anak-anaknya untuk mampu ber-literasi dengan baik. Sehingga semua pihak memiliki peran yang sama untuk meningkatkan literasi generasi muda.

                                    Herannya orang tua yang saat ini generasi Z terkesan menyerahkan semuanya kepada lingkungan sekolah alias kalau bahasa perancisnya, pasrah bongkok-an. 😅 😅 😅

                                    Hahaha betul banget nih @dekisugi @mint2025 😆
                                    Kadang ekspektasinya gini:
                                    Sekolah tolong jadikan anak saya literat, kritis, kreatif, berkarakter, melek digital… sementara di rumah tugas saya cuma… kasih HP dan wifi 😅

                                    Padahal literasi itu bukan cuma urusan kurikulum, tapi habit harian, dan kebiasaan paling kuat justru lahir dari rumah.

                                    Dan ironisnya, orang tua Gen Z banyak yang dulu mengeluh soal sistem lama,
                                    tapi sekarang… malah auto delegasi ke sekolah begitu jadi orang tua wkwk 🤭

                                    Kalau mau jujur:
                                    anak-anak itu ngikut bukan dari apa yang diajarin,
                                    tapi dari apa yang DICONTOHKAN.

                                    Kalau di rumah:
                                    📱 orang tuanya scroll TikTok → anak ikut scroll
                                    📖 orang tuanya baca → anak ikut baca
                                    🧠 orang tuanya reflektif → anak ikut berpikir

                                    Jadi bener, literasi itu “keroyokan bareng” — sekolah ngarahin, tapi rumah yang nenemin.
                                    Karena kalau semua dilempar ke sekolah aja…

                                    …ya nanti yang literat gurunya, yang melek digital gurunya,
                                    yang kritis gurunya…
                                    anaknya? ikut buffering 😆🔥

                                    AwanPutih ☁️
                                    Tak selalu tampak, tapi selalu ada di langit diskusi.

                                    1 Reply Last reply Balas Kutip 0
                                    • AwanPutihA Offline
                                      AwanPutih @sippymatcha
                                      last edited by

                                      @sippymatcha berkata di Literasi di Era Digital:

                                      Setuju sekali dengan mimin, perlu adanya tips dan trik agar generasi ini lebih senang membaca dan tentunya juga memahami bacaan tersebut dengan gemerlapnya teknologi yang ada sekarang. Kira-Kira ada yang boleh bagi tipsnya ngga ya biar gen zzz kayak aku nii lebih suka membaca? karna sebenernya aku anaknya visual bangett

                                      Toss dulu dong kitaaa @sippymatcha 🙌 aku juga tim visual banget, jadi baca teks doang kadang otaknya auto sleep mode 😴
                                      Apalagi kalau paragrafnya panjang… langsung scroll by instinct 😆

                                      Tapi sebenernya gen z bukan nggak suka baca,
                                      kita cuma butuh format yang nyambung sama cara otak kita menikmati informasi.

                                      Beberapa trik yang biasanya works buat ‘otak visual + gampang ke-distract’ kayak kita:

                                      ✨ 1. Baca versi pendek dulu (teaser) baru lanjut panjang
                                      otak kita butuh ‘pemanasan’, bukan langsung bab 7 😅

                                      ✨ 2. Gunakan konten visual / mindmap / ilustrasi
                                      kalau isinya ada gambar → otak bilang: “ok aku stay” 😂

                                      ✨ 3. Ganti tempat & suasana
                                      kadang yang bikin males tuh bukan bukunya, tapi mood-nya

                                      ✨ 4. Baca yang relevan sama hidup sendiri dulu
                                      kalau topiknya ‘nyambung’, minat dateng otomatis

                                      jadi kuncinya bukan ‘paksain diri jadi kutu buku’,
                                      tapi ‘cari gaya baca yang cocok sama karakter diri’.

                                      Kalau pakai bahasa Gen Z:

                                      “Bacanya bukan malas, cuma formatnya belum usable untuk otakku.” 😎📚

                                      Penasaran juga sih…
                                      kalo tips dari teman-teman Sahabat Pendidik lain,
                                      apa cara paling efektif bikin anak-anak melek baca sambil enjoy,
                                      bukan baca karena disuruh? 🤔💡

                                      AwanPutih ☁️
                                      Tak selalu tampak, tapi selalu ada di langit diskusi.

                                      1 Reply Last reply Balas Kutip 0
                                      • AwanPutihA Offline
                                        AwanPutih @BasokE
                                        last edited by

                                        @BasokE berkata di Literasi di Era Digital:

                                        Menurut saya, untuk meningkatkan sikap/karakter (afektif), pengetahuan/wawasan (kognitif), dan keterampilan (psikomotorik) generasi muda, strateginya adalah dilakukan secara terpadu dan komprehensif serta menyeimbangkan (memproporsionalkan) aktivitas luring (offline) dan daring (online).

                                        Setuju banget sih dengan Pak @BasokE , apalagi sekarang semuanya tuh udah serba online. Kalau cuma ngandelin salah satu (offline atau online) rasanya jadi kurang seimbang.
                                        Belajar afektif, kognitif, dan psikomotorik itu butuh “lapangan” juga, nggak cuma teori.

                                        Offline-nya dapat dari pengalaman langsung dan interaksi sosial,
                                        Online-nya bantu akses informasi cepat dan luas.

                                        Jadi kalo digabung:
                                        belajar jadi fleksibel + tetap grounded sama nilai-nilai kehidupan nyata.

                                        Karena masa depan tuh butuh soft skill sama hard skill, bukan salah satunya aja 🙌

                                        AwanPutih ☁️
                                        Tak selalu tampak, tapi selalu ada di langit diskusi.

                                        1 Reply Last reply Balas Kutip 0
                                        • AwanPutihA Offline
                                          AwanPutih @sippymatcha
                                          last edited by

                                          @sippymatcha berkata di Literasi di Era Digital:

                                          @mint2025 Setuju sekali dengan mimin, perlu adanya tips dan trik agar generasi ini lebih senang membaca dan tentunya juga memahami bacaan tersebut dengan gemerlapnya teknologi yang ada sekarang. Kira-Kira ada yang boleh bagi tipsnya ngga ya biar gen zzz kayak aku nii lebih suka membaca? karna sebenernya aku anaknya visual bangett 😞

                                          Menurutku ini poin yang penting banget pak @mint2025 , karena kita memang hidup di dua dunia sekaligus: dunia digital yang super cepat, dan dunia nyata yang butuh proses dan kedalaman.
                                          Akses informasi sekarang gampang, tapi ngolah informasinya itu yang jadi tantangan terbesar.

                                          Makanya sekolah nggak cukup cuma jadi tempat “dapat materi”, tapi juga tempat kita dilatih buat membedakan mana informasi yang bener, mana yang cuma lewat doang, terus gimana cara nge-responnya secara kritis dan bertanggung jawab.

                                          Biar literasi kita nggak cuma “bisa baca”, tapi bisa paham, mencerna, dan meneruskan dengan tepat.
                                          Kalau peran sekolah bisa di-upgrade ke arah sana, generasi muda bakal lebih siap buat survive di era digital, bukan cuma sekadar jadi “konsumen informasi”, tapi juga “pengolah dan penghasil informasi”. 🙌

                                          AwanPutih ☁️
                                          Tak selalu tampak, tapi selalu ada di langit diskusi.

                                          1 Reply Last reply Balas Kutip 0
                                          • R Offline
                                            rose10 @sippymatcha
                                            last edited by

                                            @sippymatcha berkata di Literasi di Era Digital:

                                            Sebagai salah satu contoh generasi zzzz disini aku menyadari bahwa informasi datang secara cepat dan terkadang kita hanya fokus pada judul yang menarik dan sering kali lupa membaca detail beritanya seperti apa. Jujurly mudah tergoreng goreng dengan berita yang ada juga huhu

                                            Hehe, jujurly… pengakuan yang sangat relate banget 😅🔥

                                            Selamat ya, kesadaran seperti yang @sippymatcha tulis ini merupakan langkah pertama menuju literasi digital yang lebih matang. Saat kita mulai sadar bahwa “mudah tergoreng” itu tanda perlu lebih kritis, artinya proses belajar sedang berjalan.

                                            Mungkin yang perlu kita latih bersama adalah slow reading di dunia cepat membaca dengan pikiran terbuka, tapi juga dengan saringan kritis.

                                            Tantangan yang perlu kita jawab “Bagaimana cara menumbuhkan kebiasaan berpikir kritis di tengah budaya baca cepat dan headline yang menggoda?”

                                            AwanPutihA 1 Reply Last reply Balas Kutip 0
                                            • First post
                                              Last post