Substansi TKA
-
Pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA) untuk jenjang SMA tinggal menghitung hari. Dalam sisa waktu sesingkat ini, pertanyaan yang layak diajukan adalah: Apakah guru dan peserta didik telah memiliki pemahaman yang memadai mengenai substansi TKA?
Fakta di lapangan jauh panggang dari api. Dari hasil pengamatan di lapangan, masih banyak guru belum memahami secara utuh hakikat TKA, terutama mengenai materi dan bentuk soal. Padahal, guru memiliki peran strategis dalam menuntun murid mempersiapkan diri secara tepat. Jika pemahaman guru mengenai TKA masih lemah, tentu akan berdampak pada kesiapan murid dalam menghadapi tes tersebut. Terbukti dari hasil tryout di beberapa daerah, raihan nilai yang diperoleh murid sangat rendah.
Secara konseptual, TKA bukan sekadar ujian akademik biasa. Tes ini dirancang untuk mengukur kemampuan murid dalam berpikir kritis, logis, dan analitis berbasis mata pelajaran. TKA tidak menekankan pada penguasaan hafalan materi, tetapi pada kemampuan menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah.
Sebetulnya, pemerintah telah menerbitkan regulasi berkaitan dengan TKA. Setidaknya ada 3 regulasi yang perlu dicermati oleh guru, yaitu:
-
Permendikdasmen Nomor 9 Tahun 2025 tentang Tes Kemampuan Akademik;
-
Peraturan Kepala Badan Standar, Asesmen, dan Kurikulum Pendidikan (Perkaban) Nomor 45 Tahun 2025 tentang Kerangka Asesmen TKA Jenjang SMA/MA/SMK/MAK; dan
-
Peraturan Kepala Badan Standar, Asesmen, dan Kurikulum Pendidikan (Perkaban) Nomor 47 Tahun 2025 tentang Kerangka Asesmen TKA Jenjang SD/MI dan SMP/MTs.
Ketiga regulasi tersebut dapat diakses dengan mudah melalui laman resmi pemerintah atau situs terkait kebijakan pendidikan. Dokumen-dokumen tersebut memuat penjelasan komprehensif tentang dasar hukum, struktur asesmen, mata uji, kemampuan yang diukur, dan mekanisme pelaksanaan TKA.
Dengan memahami regulasi tersebut, guru akan memperoleh landasan konseptual yang kuat untuk menyiapkan murid menghadapi TKA secara efektif. Pemahaman yang baik akan membantu guru dalam mengarahkan pembelajaran secara khusus untuk menghadapi TKA.
-
-
@mint2025 berkata di Substansi TKA:
Pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA) untuk jenjang SMA tinggal menghitung hari. Dalam sisa waktu sesingkat ini, pertanyaan yang layak diajukan adalah: Apakah guru dan peserta didik telah memiliki pemahaman yang memadai mengenai substansi TKA?
Fakta di lapangan jauh panggang dari api. Dari hasil pengamatan di lapangan, masih banyak guru belum memahami secara utuh hakikat TKA, terutama mengenai materi dan bentuk soal. Padahal, guru memiliki peran strategis dalam menuntun murid mempersiapkan diri secara tepat. Jika pemahaman guru mengenai TKA masih lemah, tentu akan berdampak pada kesiapan murid dalam menghadapi tes tersebut. Terbukti dari hasil tryout di beberapa daerah, raihan nilai yang diperoleh murid sangat rendah.
Secara konseptual, TKA bukan sekadar ujian akademik biasa. Tes ini dirancang untuk mengukur kemampuan murid dalam berpikir kritis, logis, dan analitis berbasis mata pelajaran. TKA tidak menekankan pada penguasaan hafalan materi, tetapi pada kemampuan menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah.
Sebetulnya, pemerintah telah menerbitkan regulasi berkaitan dengan TKA. Setidaknya ada 3 regulasi yang perlu dicermati oleh guru, yaitu:
Permendikdasmen Nomor 9 Tahun 2025 tentang Tes Kemampuan Akademik;
Peraturan Kepala Badan Standar, Asesmen, dan Kurikulum Pendidikan (Perkaban) Nomor 45 Tahun 2025 tentang Kerangka Asesmen TKA Jenjang SMA/MA/SMK/MAK; dan
Peraturan Kepala Badan Standar, Asesmen, dan Kurikulum Pendidikan (Perkaban) Nomor 47 Tahun 2025 tentang Kerangka Asesmen TKA Jenjang SD/MI dan SMP/MTs.
Ketiga regulasi tersebut dapat diakses dengan mudah melalui laman resmi pemerintah atau situs terkait kebijakan pendidikan. Dokumen-dokumen tersebut memuat penjelasan komprehensif tentang dasar hukum, struktur asesmen, mata uji, kemampuan yang diukur, dan mekanisme pelaksanaan TKA.
Dengan memahami regulasi tersebut, guru akan memperoleh landasan konseptual yang kuat untuk menyiapkan murid menghadapi TKA secara efektif. Pemahaman yang baik akan membantu guru dalam mengarahkan pembelajaran secara khusus untuk menghadapi TKA.
Benar sekali, banyak guru yang masih bingung dengan substansi TKA, terutama soal bentuk asesmennya. Mungkin yang paling dibutuhkan sekarang adalah panduan praktis agar guru bisa menerjemahkan regulasi ke strategi pembelajaran di kelas.
Menurut rekan-rekan, pendampingan seperti apa yang paling dibutuhkan guru saat ini? -
Pertanyaan menariknya mungkin bukan hanya “apakah guru sudah paham TKA?”, tetapi “bagaimana guru bisa memfokuskan pembelajaran pada keterampilan berpikir, bukan hafalan?”.
Mungkin perlu ruang berbagi praktik baik agar guru tidak sekadar membaca regulasi, tetapi juga melihat contohnya.
Menurut Pak @mint2025, langkah kecil apa yang paling realistis bisa mulai diterapkan di sekolah? -
@AwanPutih berkata di Substansi TKA:
Pertanyaan menariknya mungkin bukan hanya “apakah guru sudah paham TKA?”, tetapi “bagaimana guru bisa memfokuskan pembelajaran pada keterampilan berpikir, bukan hafalan?”.
Mungkin perlu ruang berbagi praktik baik agar guru tidak sekadar membaca regulasi, tetapi juga melihat contohnya.
Menurut Pak @mint2025, langkah kecil apa yang paling realistis bisa mulai diterapkan di sekolah?Perbanyak tryout agar murid:
- Memahami kelemahan dan kekuatannya
- Makin paham tipe dan bentuk soal TKA
- Terbiasa dengan soal-soal model TKA
- Makin terasah kemampuannya
-
@mint2025 berkata di Substansi TKA:
@AwanPutih berkata di Substansi TKA:
Pertanyaan menariknya mungkin bukan hanya “apakah guru sudah paham TKA?”, tetapi “bagaimana guru bisa memfokuskan pembelajaran pada keterampilan berpikir, bukan hafalan?”.
Mungkin perlu ruang berbagi praktik baik agar guru tidak sekadar membaca regulasi, tetapi juga melihat contohnya.
Menurut Pak @mint2025, langkah kecil apa yang paling realistis bisa mulai diterapkan di sekolah?Perbanyak tryout agar murid:
- Memahami kelemahan dan kekuatannya
- Makin paham tipe dan bentuk soal TKA
- Terbiasa dengan soal-soal model TKA
- Makin terasah kemampuannya
Setuju pak @mint2025, tryout memang membantu murid mengenali pola soal dan memetakan kemampuan dirinya. Tapi menurut saya, tryout akan jauh lebih berdampak kalau tidak hanya berhenti pada mengerjakan soal, melainkan dilanjutkan dengan review dan refleksi.
Bukan hanya ‘berapa skor saya’, tetapi apa yang salah, kenapa salah, dan bagaimana memperbaikinya. Dengan begitu, tryout bukan sekadar latihan menghafal pola, tetapi juga bagian dari pembelajaran mendalam.
Kira-kira strategi apa yang bisa kita terapkan agar sesi review setelah tryout ini benar-benar efektif bagi murid?
-
@AwanPutih berkata di Substansi TKA:
Setuju pak @mint2025, tryout memang membantu murid mengenali pola soal dan memetakan kemampuan dirinya. Tapi menurut saya, tryout akan jauh lebih berdampak kalau tidak hanya berhenti pada mengerjakan soal, melainkan dilanjutkan dengan review dan refleksi.
Bukan hanya ‘berapa skor saya’, tetapi apa yang salah, kenapa salah, dan bagaimana memperbaikinya. Dengan begitu, tryout bukan sekadar latihan menghafal pola, tetapi juga bagian dari pembelajaran mendalam.
Kira-kira strategi apa yang bisa kita terapkan agar sesi review setelah tryout ini benar-benar efektif bagi murid?
Pertanyaan yang sangat bagus — justru di tahap review inilah proses belajar yang paling bermakna terjadi. Agar sesi review setelah tryout tidak berhenti di angka, tapi menjadi pembelajaran reflektif dan strategis.. Di sinilah peran guru sebagai fasilitator, bukan pemberi jawaban. Daripada menjelaskan semua soal, guru bisa:
Meminta murid menjelaskan alasan mereka memilih jawaban tertentu.
Menanyakan “Apa yang membuatmu yakin dengan jawaban itu?”
Mengarahkan murid lain menanggapi dan memberi alternatif penalaran.
-
@rose10 berkata di Substansi TKA:
@AwanPutih berkata di Substansi TKA:
Setuju pak @mint2025, tryout memang membantu murid mengenali pola soal dan memetakan kemampuan dirinya. Tapi menurut saya, tryout akan jauh lebih berdampak kalau tidak hanya berhenti pada mengerjakan soal, melainkan dilanjutkan dengan review dan refleksi.
Bukan hanya ‘berapa skor saya’, tetapi apa yang salah, kenapa salah, dan bagaimana memperbaikinya. Dengan begitu, tryout bukan sekadar latihan menghafal pola, tetapi juga bagian dari pembelajaran mendalam.
Kira-kira strategi apa yang bisa kita terapkan agar sesi review setelah tryout ini benar-benar efektif bagi murid?
Pertanyaan yang sangat bagus — justru di tahap review inilah proses belajar yang paling bermakna terjadi. Agar sesi review setelah tryout tidak berhenti di angka, tapi menjadi pembelajaran reflektif dan strategis.. Di sinilah peran guru sebagai fasilitator, bukan pemberi jawaban. Daripada menjelaskan semua soal, guru bisa:
Meminta murid menjelaskan alasan mereka memilih jawaban tertentu.
Menanyakan “Apa yang membuatmu yakin dengan jawaban itu?”
Mengarahkan murid lain menanggapi dan memberi alternatif penalaran.
Betul sekali. Justru bagian terpenting dari tryout bukan pada nilainya, tapi pada proses murid merefleksikan bagaimana mereka berpikir saat menjawab. Dengan cara berpikir diatas, murid tidak hanya tahu mana yang salah, tetapi juga mengapa cara berpikirnya perlu diperbaiki. Hasil akhirnya bukan sekadar perbaikan skor, tetapi peningkatan kualitas penalaran mereka.
-
@mint2025 berkata di Substansi TKA:
Pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA) untuk jenjang SMA tinggal menghitung hari. Dalam sisa waktu sesingkat ini, pertanyaan yang layak diajukan adalah: Apakah guru dan peserta didik telah memiliki pemahaman yang memadai mengenai substansi TKA?
Fakta di lapangan jauh panggang dari api. Dari hasil pengamatan di lapangan, masih banyak guru belum memahami secara utuh hakikat TKA, terutama mengenai materi dan bentuk soal. Padahal, guru memiliki peran strategis dalam menuntun murid mempersiapkan diri secara tepat. Jika pemahaman guru mengenai TKA masih lemah, tentu akan berdampak pada kesiapan murid dalam menghadapi tes tersebut. Terbukti dari hasil tryout di beberapa daerah, raihan nilai yang diperoleh murid sangat rendah.
Secara konseptual, TKA bukan sekadar ujian akademik biasa. Tes ini dirancang untuk mengukur kemampuan murid dalam berpikir kritis, logis, dan analitis berbasis mata pelajaran. TKA tidak menekankan pada penguasaan hafalan materi, tetapi pada kemampuan menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah.
Sebetulnya, pemerintah telah menerbitkan regulasi berkaitan dengan TKA. Setidaknya ada 3 regulasi yang perlu dicermati oleh guru, yaitu:
-
Permendikdasmen Nomor 9 Tahun 2025 tentang Tes Kemampuan Akademik;
-
Peraturan Kepala Badan Standar, Asesmen, dan Kurikulum Pendidikan (Perkaban) Nomor 45 Tahun 2025 tentang Kerangka Asesmen TKA Jenjang SMA/MA/SMK/MAK; dan
-
Peraturan Kepala Badan Standar, Asesmen, dan Kurikulum Pendidikan (Perkaban) Nomor 47 Tahun 2025 tentang Kerangka Asesmen TKA Jenjang SD/MI dan SMP/MTs.
Ketiga regulasi tersebut dapat diakses dengan mudah melalui laman resmi pemerintah atau situs terkait kebijakan pendidikan. Dokumen-dokumen tersebut memuat penjelasan komprehensif tentang dasar hukum, struktur asesmen, mata uji, kemampuan yang diukur, dan mekanisme pelaksanaan TKA.
Dengan memahami regulasi tersebut, guru akan memperoleh landasan konseptual yang kuat untuk menyiapkan murid menghadapi TKA secara efektif. Pemahaman yang baik akan membantu guru dalam mengarahkan pembelajaran secara khusus untuk menghadapi TKA.
Benar sekali, ketiga regulasi mengenai TKA harus dipahami oleh para guru dan juga kepala sekolah/madrasah.
Upaya untuk memahamkan regulasi-regulasi tersebut perlu dilakukan secara masif oleh berbagai pihak. -
-
@rose10 Terima kasih udah bantu jawab
-
@BasokE berkata di Substansi TKA:
@mint2025 berkata di Substansi TKA:
Pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA) untuk jenjang SMA tinggal menghitung hari. Dalam sisa waktu sesingkat ini, pertanyaan yang layak diajukan adalah: Apakah guru dan peserta didik telah memiliki pemahaman yang memadai mengenai substansi TKA?
Fakta di lapangan jauh panggang dari api. Dari hasil pengamatan di lapangan, masih banyak guru belum memahami secara utuh hakikat TKA, terutama mengenai materi dan bentuk soal. Padahal, guru memiliki peran strategis dalam menuntun murid mempersiapkan diri secara tepat. Jika pemahaman guru mengenai TKA masih lemah, tentu akan berdampak pada kesiapan murid dalam menghadapi tes tersebut. Terbukti dari hasil tryout di beberapa daerah, raihan nilai yang diperoleh murid sangat rendah.
Secara konseptual, TKA bukan sekadar ujian akademik biasa. Tes ini dirancang untuk mengukur kemampuan murid dalam berpikir kritis, logis, dan analitis berbasis mata pelajaran. TKA tidak menekankan pada penguasaan hafalan materi, tetapi pada kemampuan menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah.
Sebetulnya, pemerintah telah menerbitkan regulasi berkaitan dengan TKA. Setidaknya ada 3 regulasi yang perlu dicermati oleh guru, yaitu:
-
Permendikdasmen Nomor 9 Tahun 2025 tentang Tes Kemampuan Akademik;
-
Peraturan Kepala Badan Standar, Asesmen, dan Kurikulum Pendidikan (Perkaban) Nomor 45 Tahun 2025 tentang Kerangka Asesmen TKA Jenjang SMA/MA/SMK/MAK; dan
-
Peraturan Kepala Badan Standar, Asesmen, dan Kurikulum Pendidikan (Perkaban) Nomor 47 Tahun 2025 tentang Kerangka Asesmen TKA Jenjang SD/MI dan SMP/MTs.
Ketiga regulasi tersebut dapat diakses dengan mudah melalui laman resmi pemerintah atau situs terkait kebijakan pendidikan. Dokumen-dokumen tersebut memuat penjelasan komprehensif tentang dasar hukum, struktur asesmen, mata uji, kemampuan yang diukur, dan mekanisme pelaksanaan TKA.
Dengan memahami regulasi tersebut, guru akan memperoleh landasan konseptual yang kuat untuk menyiapkan murid menghadapi TKA secara efektif. Pemahaman yang baik akan membantu guru dalam mengarahkan pembelajaran secara khusus untuk menghadapi TKA.
Benar sekali, ketiga regulasi mengenai TKA harus dipahami oleh para guru dan juga kepala sekolah/madrasah.
Upaya untuk memahamkan regulasi-regulasi tersebut perlu dilakukan secara masif oleh berbagai pihak.Sepakat banget Pak @BasokE . Tapi jujur sebagai generasi yang ‘jadi objek kebijakan’, kadang kami merasa regulasi itu hadirnya kayak announcement line official: datang, panjang, formal, terus hilang dari kepala dalam 3 menit

Yang bikin tantangan tuh bukan cuma baca regulasinya, tapi ‘nyambungin’ apa maksudnya sama kehidupan nyata di kelas. Kalau cuma dipahami tingkat permukaan, ya akhirnya sekadar compliance, bukan benar-benar dipraktikkan.
Mungkin ke depannya perlu cara penyampaian yang lebih down to earth, contoh-contoh yang real, dan ruang diskusi dua arah. Biar kami juga merasa “ikut punya peran”, bukan cuma “ikut aturan”.


Soalnya kadang kami tuh pengin dilibatkan, bukan cuma diberitahu. Kalau regulasinya dijelaskan dengan contoh nyata, storytelling, dan dialog dua arah, rasanya lebih ‘nyangkut’. Biar kami ngerasa ini bagian dari perjalanan bareng, bukan hanya kewajiban formalitas. Karena pada akhirnya, yang akan jalanin di lapangan ya kami-kami juga kan


-